Sabtu, 30 Juni 2007

Gembong Pemalsu Kartu Kredit

Modus penipuan Kartu Kredit sekarang ini bermacam-macam dan biasanya mereka akan segera merubah taktik dan cara apabila pergerakan mereka sudah tercium oleh pihak Bank maupun pihak aparat setempat.
Tapi modus yang akan saya jabarkan dibawah ini lengkap dengan pelaku-nya haraplah dicermati dengan teliti.

Pembobol Kartu Kredit terbesar di Citibank dan beberapa Bank lainnya di Medan dalam beberapa bulan terakhir ini pelakunya tak lain adalah anggota dari Sales Marketing Kartu Kredit Citibank sendiri yang bernama : DONNA KRISTI KABAN (bila dia mencantumkan marganya di badge nama) Beralamat di Jalan Dr. Mansur No.110, tepatnya berhadapan dengan Kolam Renang Selayang.

Dia (Donna Kristi) yang mengaku sebagai Sales Kartu Kredit Citibank (yang biasa disebutnya sebagai “Telemarketing Sales”) dulu juga sempat bekerja di GE dan terakhir (mungkin) masih aktif di AMRO Bank sebelum akhirnya bergabung dengan Citibank.

Pembobolan Kartu Kredit ini tidak dijalankan sendirian, dia dibantu oleh beberapa rekannya yang juga sesama sales termasuk courier dan tim analis.

Modus pergerakan ini antara lain sbb :

Modus 1 -> Pihak/Sales yang ditunjuk sebagai pengumpul data akan bertugas untuk mencari orang yang memiliki kartu kredit, biasanya mereka mengincar pemilik Kartu Kredit GOLD dengan dalih pura-pura menawarkan Kartu Kredit Platinum yang berlimit lebih tinggi. Setelah data diterima, maka akan ada pihak lain yang ditunjuk untuk mengolah data tersebut. Tugasnya a.n : meng-scanning KTP palsu dari pemilik kartu kredit tersebut beserta data-data lainnya yang diminta di dalam formulir aplikasi Bank yang sudah diincar yaitu Slip gaji, dengan membuat Kop Surat palsu. Pada saat pengisian data aplikasi, mereka akan mengisi dengan data yang sesuai dengan KTP palsu dan melampirkan copy kartu kredit si pemilik yang asli. Nomor telepon yang dimasukkan di dalam data aplikasi adalah nomor-nomor telepon yang dimiliki oleh masing-masing ‘pemain’ kartu kredit ini. Biasanya mereka memiliki minimal 3 saluran telepon di rumah masing-masing yang sengaja dipersiapkan untuk ini. Jadi disini mereka mengambil peran masing-masing, bila pemilik kartu kredit asli adalah wanita, maka Donna Kristi-lah yang berperan sebagai si pemilik kartu tersebut pada saat diperifikasi melalui telepon. Bila data pemilik kartu asli adalah pria, maka ditunjuklah yang lain dan Donna berperan sebagai Emergency call atau menjadi si Pemilik Perusahaan tempat si pemilik data palsu tadi bekerja. Kesimpulannya, semua data dipalsukan, mulai dari alamat, KTP dan lainnya kecuali nama sipemilik kartu yang tercantum di atas kartu kredit asli.
Ketika data sudah turun dan pihak Bank mengutus tim analis untuk melacak status tempat tinggal/rumah (bagi Bank yang memberlakukan survey lapangan) maka tim analis yang ditunjuk pun akan memainkan perannya. Tim analis yang nota bene termasuk dalam ‘gembong pemalsu kartu kredit’ ini akan mulai mengambil gambar rumah ‘antah berantah’ dan segera melaporkan ke Bank bahwa alamat sudah di survey dan keberadaannya JELAS.

Modus 2 -> Mereka mengumpulkan data pemilik Kartu Kredit GOLD, mencatat nomor yang tercantum di atas kartu untuk kemudian melakukan pencetakan kartu kredit palsu yang wujudnya mirip dengan aslinya tanpa merubah nama sipemilik kartu kredit tersebut sama sekali. Yang biasa melakukan pencetakan kartu kredit palsu ini adalah ERSON alias EKSON alias ECON yang memiliki semua peralatan yang lengkap di tempat tinggalnya. Setelah kartu kredit palsu tercetak, mereka pun melakukan pencairan dana melalui merchant di sebuah show room yang dimiliki oleh salah satu anggota gembong ini yang bernama ELYAS alias LYAS, pemilik mobil Lancer Hitam ber-plat 1430 EC (dulunya juga mantan sales kartu kredit dan sudah menjebol lebih dari 50 kartu sehingga bisa membuka usaha show room sekarang ini).

Modus 3 -> ketika pergerakan sudah tercium, mereka pun mulai melakukan trik baru. Kali ini mereka melakukan hubungan kerjasama dengan pihak dari TELKOM untuk men-divert-kan (pengalihan) nomor telepon rumah ke Hand Phone. Jadi ceritanya begini. Bila data pemilik kartu kredit gold asli berada di wilayah Simalingkar Medan, maka mereka akan mencari “siapa” saja yang mereka kenal bertempat tinggal di wilayah itu. Misalnya : Famili atau teman. Bila salah satu dari mereka ada yang mengenal orang di daerah itu (tentunya yang mereka ketahui memiliki telepon di rumahnya) maka salah satu anggota gembong ini akan berpura-pura mendatangi teman/famili tersebut dan dengan dalih berpura-pura meminjam telepon, disinilah anggota gembong ini akan menjalankan aksinya. Dengan memasukkan beberapa angka kode divert yang sudah dihapal luar kepala tentu saja tidak menimbulkan kecurigaan karena terlihat seperti sedang menekan tombol angka nomor telepon yang ingin dituju. Sipemilik telepon tidak akan menyadari bahwa teleponnya sudah di divert ke nomer Hand Phone milik anggota gembong ini. Pemilik telepon tentunya dirugikan. Dengan dilakukannya pengalihan telepon oleh pihak yang tidak bertanggung jawab ini, otomatis mereka (pemilik telepon) tidak akan bisa menerima panggilan dari luar, sebab setiap panggilan sudah secara otomatis dialihkan. Apalagi bila anggota gembong ini meninggalkan begitu saja dan tidak bertanggung jawab dengan kelangsungan telepon rumah yang sudah dialihkannya tadi, si pemilik telepon tidak akan pernah bisa menerima telepon dari luar kecuali bila dia sudah mengetahuinya dan melaporkannya ke TELKOM, kemungkinan pihak TELKOM akan menetralkan nomor pengalihan tadi. Apabila si pemilik telepon tidak menyadari sama sekali dan si pelaku membuang kartu HP yang tadinya digunakan untuk mendivert nomor, maka sudah jelas setiap panggilan masuk ke pemiliki telepon tadi akan berbunyi seperti ini ; Nomor yang anda tuju tidak aktif.
Sampai ini selesai barulah mereka menjatuhkan data aplikasi ke tiap-tiap Bank yang sudah diincar. Biasanya mereka mengincar Bank yang tidak begitu ‘ketat’ dalam penyeleksian kartu kredit.Ketika data sudah sampai ke meja dan pihak Bank menghubungi ke ‘nomer telepon rumah’ yang tercantum di dalam data aplikasi, maka panggilan itu secara otomatis akan dialihkan ke nomor Handphone yang sudah ditujukan untuk pen-divert-an. Pada saat terjadi pengalihan, pihak Bank tidak akan curiga sama sekali karena tidak ada tanda-tanda yang menyatakan telepon sedang di divert. Contohnya seperti bila kita melakukan divert nomor HP ke nomor lainnya, operator akan memberitahukan kepada caller bahwa nomor sedang di alihkan dan si pemanggil diharap menunggu. Ini berbeda, sama sekali tidak ada tanda-tanda atau notifikasi dari operator yang bias menimbulkan mencurigakan.Begitu juga ketika pihak Bank mengubungi ke Emergency Call atau ke nomor kantor yang tercantum di data, semuanya sudah di divert atau dialihkan ke HP.

Modus ke-tiga atau yang terakhir ini lah yang sedang dijalankan oleh Donna Kristi Cs sejak awal tahun 2007 ini. Terkahir kali Bank yang sudah di jebol adalah atas nama seorang wanita yang bernama MAJASIN. Penjebolan ini berhasil dilakukan di beberapa Bank a.n: AMRO, Standard Chartered Bank, Panin dan termasuk Citibank sendiri.
Untuk Bank Panin, mereka berhasil menjebol 2 kartu sekaligus yaitu a.n: Majasin dan Erwan.

Berhubung data tersebut (Majasin) adalah wanita, maka tidak sulitlah bagi Donna Kristi untuk menjadi “Nyonya/Nona Majasin”.Dengan berhasilnya pergerakan pembobolan atas beberapa Bank tersebut, sekarang Donna Kristi sudah memasang 3 saluran telepon baru yang ditempatkannya di sebuah pasar/pajak di wilayah Pringgan (Pasar Pringgan, di belakang Ramayana).Nomor-nomor yang baru dipasangnya ini adalah point 1,2 dan 3 di atas yang digaris bawahi. Sementara point 4 diatas adalah nomor yang ditempatkan di warung yang dijaga oleh ibunya. Di pajak ini mereka memiliki 2 warung jualan. Dan yang terakhir yaitu point 5 adalah telepon rumah (Dr.Mansur 110) yang dulunya digunakan untuk menjebol Majasin.

Orangtua Donna Kristi yang berjualan ikan kering di pasar ini bermarga Sebayang. Di pasar ini mereka memiliki 2 warung/kios untuk berjualan yang satunya berposisi di depan,sedang satu lagi di belakang, kios yang dibelakang inilah yang digunakan Donna Kristi untuk mengendalikan semua transaksi kartu kredit atau menerima panggilan telepon dari Bank. Dia mengendalikan semuanya dari beberapa Hand Phone yang sudah di divert dan yang selalu dibawanya kemana-mana di siang hari.

Baru-baru ini dia juga sudah membuka sebuah toko ulos yang bertempat bersampingan dengan tempat Ibunya berjualan dan rencananya di tempat ini mereka akan membuka sebuah ‘merchant’ untuk tempat pencairan dana kartu kredit dari kartu-kartu yang sudah di 'bobol'.

Pembuktian dari berita ini sudah benar adanya ketika ada beberapa rekan dari pihak Bank yang dengan rasa ingin tahu mencoba men-dial ke nomor yang sudah dipaparkan di dalam surat peringatan sebagai nomor 'black list' ketika mereka melakukan penyelidikan ke Pasar Pringgan. Pada saat itu mereka tidak berhadapan langsung dengan si pelaku, melainkan dengan melihat dari kejauhan. Ketika tim ini mendial ke nomor black list tersebut, ternyata panggilan telefon tersebut diterima melalui handphone, bukannya melalui telepon local/telepon rumah. Dengan kata lain, Tim menelepon ke 061-45…….. tapi dia menerimanya melalui 081 ……(Hand Phone).

Setiap malam, Donna dan Elyas (pemilik merchant yang akhir-akhir ini bekerjasama dengannya) melakukan transaksi bernilai puluhan juta rupiah. Anda bisa mengikuti pergerakan mereka dengan melacak status kepemilikan mobil lancer hitam ber plat 1430 EC yang di kendarai Elyas sekarang.

Biasanya selesai bertransaksi mereka akan berhenti di sebuah café kecil di daerah Dr.Mansur (tak jauh dari tempat tinggal Donna) yaitu di sebuah café burger yang terletak di halaman Kolam Renang Selayang.Selain itu mereka juga sering mangkal di sebuah Café yang bernama Corner Café Raya yang terletak tepat di samping Mesjid Raya. Biasanya mereka kesini pada hari Sabtu dan Minggu, tapi untuk tempat yang satu ini mereka sudah mulai menjarangkannya sejak adanya bocoran bahwa pergerakan mereka sedang diikuti. Corner Café Raya termasuk tempat yang cukup terbuka dan terang sehingga mereka tidak merasa begitu nyaman untuk melakukan pertemuan disini.
Di siang hari biasanya mereka (Donna Kristi dan teman-temannya beserta para gembong kartu kredit lainnya) berkumpul di sebuh warung kecil di depan kantor DPP ACEH SEPAKAT, tepatnya di belakang kuburan Gajah Mada atau berseberangan dengan Perguruan Tinggi Raksana.

Di samping itu dirumahnya, Donna juga sudah mempersiapkan peralatan lainnya untuk melakukan aksi selanjutnya. Dengan membeli lap top dan beberapa perlengkapan lainnya, dia dan rekan-rekannnya berencana untuk melakukan pencetakan kartu kredit palsu sekaligus alat scanner. Tapi untuk sementara ini alat-alat tersebut masih tersimpan di tempat yang dirahasiakan berhubung adanya bocoran dari salah satu antek-antek mereka (yang nota bene anggota kepolisian) bahwa adanya razia. Jadi pada saat ini masih hanya lap top yang ada di rumah ini. Sejak salah satu anggota mereka tertangkap di sebuah Rental di wilayah Dr. Mansur beberapa minggu yang lalu, mereka memutuskan untuk melakukan semuanya secara sembunyi-sembunyi dan sangat tertutup.

Saran untuk selanjutnya untuk seluruh Bank di Indonesia dalam hal mengantisipasi maraknya pemalsuan data dan pembobolan kartu kredit, yang bisa saya sampaikan disini adalah :

- Setiap aplikasi kartu kredit yang masuk hendaklah di periksa kebenarannya dengan menurunkan tim survey yang benar-benar memiliki tanggung jawab dan punya posisi di Bank tersebut tentunya.Karena dengan menurunkan courier ke lapangan yang nota bene bergaji kecil tidak menutup kemungkinan baginya untuk bekerjasama dengan Gembong ini dengan iming-iming pembagian hasil yang menggiurkan. Jangan hanya karena si pemilik data memiliki kartu kredit Gold atau Platinum lantas pihak Bank hanya melakukan pengecekan melalui telepon (perivikasi) dan selanjutnya menyetujui permohonan tersebut. Antisipasi – lah semuanya dengan mempertimbangkan point-point yang sudah saya jabarkan diatas.
- Untuk keamanan dan kenyamanan masing-masing, hendaklah setiap aplikasi harus mencantumkan pas photo berwarna sehingga sewaktu dilakukan survey ke alamat rumah, tim survey bisa mencocokkan pas photo tersebut dengan orang yang memiliki data.
- Lupakan melakukan survey ke tempat kerja/kantor karena itu semua sudah bisa di set oleh si pelaku. Survey langsung ke rumah adalah cara yang paling efektif. Dari orang-orang sekitar rumah si pemilik data pihak Bank akan bisa mendapatkan informasi yang jauh lebih akurat.
- Bila diperlukan, di dalam formulir aplikasi di cantumkan data si pemilik telepon (maksudnya dijelaskan nomor telepon tersebut atas nama siapa?) dan tidak ada salahnya bekerja sama dengan pihak TELKOM untuk memastikan benar-atau tidaknya status kepemilikan telepon tersebut, benarkah atas nama si “A”.
- Ada baiknya, kartu kredit yang disetujui 4 bulan terakhir ini ditinjau kembali. Bila ada dari salah satu data yang menggunakan nomor-nomor yang tercantum di atas, hendaklah segera diantisipasi. Biasanya mereka melakukan modus dengan melakukan penarikan, lalu membayar tagihan kartu kredit tersebut untuk menghindari kecurigaan. Biasanya mereka membatasi sampai pembayaran ketiga dan setelah itu akan di lakukan penarikan besar-besaran untuk selanjutnya di larikan. Bila ada ditemukan data yang menggunakan nomor tersebut, segeralah diwaspadai pada saat mereka/pemilik kartu ingin melakukan penarikan (terutama di bulan ke 2 atau ke 3 setelah kartu kredit diterbitkan), bila perlu langsung saja di ‘block’ untuk menghindari kerugian selanjutnya.
- Tentu saja setelah membaca surat peringatan ini, saya berharap pihak Bank akan lebih selektif dalam hal menyetujui sebuah permohonan kartu kredit, khususnya aplikasi yang baru masuk yang menggunakan nomor-nomor di atas ataupun nomor-nomor lainnya (karena saya tidak mengetahui nomor-nomor gembong lainnya).
- Antisipasi juga suatu Permohonan Pembukaan Merchant di wilayah Pasar Pringgan yang sudah direncanakan akan dibuka dalam tahun ini. Percayalah, kelak itu akan menjadi strategi pemalsuan dan pembobolan kartu kredit selanjutnya. SIUP/NPWP yang diajukan sebagai salah satu syarat pembukaan merchant sudah pasti adalah SIUP/NPWP palsu karena salah satu anggota gembong ini yang bernama Ekson alias Erson alias Econ adalah pakarnya dalam hal memalsukan dokumen baik itu pemalsuan ktp, kartu kredit, juga siup/npwp dan dokumen lainnya. Dia memiliki peralatan yang komplit di tempat tinggalnya untuk memalsukan semua dokumen-dokumen ini. Rencananya merchant ini akan dijalankan oleh Donna dan Erson alias Ekson alias Econ.